script type='text/javascript'> var thumbnail_mode = "float" ; summary_noimg = 275; summary_img = 275; img_thumb_height = 120; img_thumb_width = 120;

Selasa, 07 Oktober 2014

Mengatasi Anak Yang Sulit Bergaul

TabloidNakita.com- Ada anak yang bisa langsung berbaur dan bergaul dengan teman-temannya, termasuk teman yang baru dikenalnya. Meski begitu, tidak sedikit dari mereka yang diam, pasif, dan sulit bergaul.

Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, berikut beberapa caranya:


1. Mencarikan teman yang aktif untuk si sulit bergaul 
Di kelas para guru sering mengatur posisi tempat duduk anak. Anak yang pendiam duduk di antara anak yang banyak bicaranya. Atau pada saat main berdampingan atau kelompok, anak yang pendiam digabungkan dengan anak yang aktif agar bisa memotifasi anak yang pendiam.

2. Sering-sering mengajak anak pendiam bicara santai (ngobrol santai)
Di sela-sela waktu kita harus aktif mengajak anak bicara. Bicara tentang apa saja. Meskipun anak tidak menjawab, teruslah berusaha. Bertanya tentang kagiatan di rumah, tentang keluarga, makanan kesukaan dan sebagainya.
Mungkin awalnya cara ini tidak berhasil. Tapi kita harus melakukanya lagi dan lagi. Mencoba lagi dan lagi. Jika terlihat anak mulai mau tersenyum saat kita ajak bicara, maka itulah awal keberhasilan kita. Artinya anak itu mulai nyaman. Berhentilah berbicara sebelum anak bosan. Cobalah ajak bicara lagi di lain waktu mungkin dengan topik yang berbeda pula.

3. Selalu memberi motivasi
“Wah ternyata kamu bisa ya…..” , “boleh di coba lagi lho…..”. kalimat ini adalah salah satu  cara untuk memotifasi anak yang pendiam atau pasif dalam kegiatan di kelas agar mau melakukan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lakukan hal ini di setiap anak selesai melakukan tugas. Baik yang mudah sekalipun.
Teruslah memberikan motifasi dengan kata-kata dan kalimat positif lalu. Minta anak untuk mencoba lagi dan berikan pujian setelah anak menyelesaikan tugas yang kita berikan.

4. Memberikan hadiah
Tidak ada salahnya jika kita sesekali memberikan hadiah kepada anak setelah anak berhasil melakukan apa yang yang kita perintahkan. Hadiah yang kita tidak harus hadiah yang mahal. Sebuah kalimat pujian juga bisa memotifasi anak. 
Sebaiknya kita tidak menjanjikan hadiah kepada anak sebelum anak menyelesaikan tugas. Berikan hadiah setelah anak menyelesaikan tugas tanpa menjanjikan sebelumnya.

5. Orangtua boleh sering mengajak anak main di tempat umum atau rumah saudara
Mengajak anak bermain di tempat umum, seperti ke tamankota, berkunjung ke rumah saudara, tetangga atau teman sekolah, adalah salah satu cara  agar anak terbiasa dengan tempat baru, teman baru dan lingkungan baru yang pasti berbeda dengan lingkungan di rumah. Di tempat baru, anak akan banyak belajar. Belajar bagaimana berinteraksi dan beradaptasi dengan teman dan tempat baru. Jika anak sudah tebiasa dengan tempat dan teman baru mulai sejak kecil, maka akan menjadi anak yang lebih mudah beradaptasi di mana saja. Tidak butuh waktu yang lama untuk anak dalam mencari teman baru.

6. Sering mengajak anak melakukan kegiatan fisik
Melakukan kegiatan fisik bersama anak, selain bisa menstimulasi motoriknya, juga bisa membuat anak lebih percaya diri. Jika anak menjadi pendiam karena kurang percaya diri, cara ini bisa kita lakukan. kita bisa melakukan kegiatan fisik baik di rumah atau di tempat umum. Seperti di taman atau tempat umum lainnya. Beberapa kegiatan fisik yang bisa kita coba di antaranya yaitu, bermain sepeda, bermain bola, atau permainan lain yang membutuhkan tim untuk melakukannya. Yang pasti kegiatan tidak di lakukan hanya sendiri atau berdua saja, karena akan lebih baik jika dilakukan bersama-sama dengan teman sebaya, teman sekolah, saudara atau tetangga.

SUMBER; www.tabloid-nakita.com

Kenali Faktor Pemalu Pada Anak dan Cara Mengatasinya

Anak sulit berinteraksi dengan orang lain dan ia hanya bersembunyi dibalik bokong anda setiap kali dikenalkan di depan public, bisa jadi ini adalah tanda anak pemalu. Malu atau menjadi pemalu diusia tertentu, bukanlah bagian dari perkembangan. Bila anak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu, sifat tersebut lebih sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya.
Di usia tertentu termasuk usia balita anak akan belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Response yang dihasilkan oleh setiap anak juga berbeda-beda, ada anak yang mudah mencair dan akrab dengan situasi baru, ada juga anak yang membutuhkan waktu untuk mengamati lingkungan baru sebelum akhirnya ia bisa mencair dan akrab dengan lingkungan barunya.
Meski memang belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kalau anak pemalu mengalami kesulitan pelajaran atau gagal dalam pekerjaan. Namun menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang. Selain itu, rasa percaya diri juga ikut andil dalam membentuk pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk melakukan tindakan. Dengan begitu, hal tersebut akan memudahkan anak dalam bergaul, menunjukan potensi diri dengan rasa percaya diri yang akhirnya berujung pada keberhasilannya nanti.

Sifat dan sikap pemalu pada anak bisa dipicu oleh beberapa latar belakang, seperti :

1.    Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang dimana di abaikan oleh orang tuanya, atau dibesarkan pada keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang, sehingga mereka tak dapat menjalin dan mengalami hubungan social yang normal dengan masyarakat. Sehingga saat anak dikenalkan pada public, mereka akan cenderung lebih banyak diam dan ingin terus bersama anda.

2.    Pengalaman Buruk
Ketika anak mengalami banyak peristiwa yang menyebabkannya memiliki penilaian malu. Hal ini akan berpengaruh pada pola pikirnya yang berimbas pada perilakunya. Misalkan, saat ia tampil menyanyi di depan banyak orang dengan tatapan penonton yang hanya tertuju padanya, dengan begini anak akan beranggapan bahwa berdiri didepan orang banyak adalah hal yang memalukan sehingga ia akan berhenti melakukan hal tersebut karena perasaan malu yang dirasakannya.

3.    Anak Merasa Menjadi Sumber Perhatian
Anak pemalu terkadang kerap kali merasa dirinya diperhatikan banyak orang atau ia akan merasa malu bila dirinya menjadi bahan perbincangan banyak orang. Hal seperti inilah yang menyebabkan anak takut dan cemas untuk bertindak atau berpendapat karena khawatir apa yang dilakukannya salah dan menjadi bahan tertawaan orang-orang.

4.    Pola Asuh Awal Yang Keliru
Rasa malu pada anak kemugkinan bisa terjadi karena pola asuh awal yang keliru ketika anak masih bayi terutama di dua tahun usia pertamanya. Karena otak bayi di usia tersebut mengalami perkembangan yang amat pesat dan diusia ini adalah saat dimana bayi mulai mengembangkan pola mengasosiasikan sesuatu. Misalkan, kebiasaan anda yang akan langsung berlari dan menggendong bayi saat ia menangis. Bayi yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan menjadi bayi yang manja dan merasa dicintai. Perasaan seperti ini tentu saja baik untuk bayi, namun jika diberikan secara berlebihan seperti memperlakukan anak bak puteri raja yang selalu dilayani setiap saat tidak terlalu baik untuknya. Anak yang selalu dimanja, akan merasakan kehilangan dan kesepian seolah tak ada pegangan dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka berada jauh dari orang tuanya. Sementara anak yang bayi yang tidak selalu dimanja oleh orang tuanya, cenderung mampu mengatasi rasa kesendirian dan mampu menampilkan rasa percaya dirinya dengan baik.

5.    Tidak Diberikan Kesempatan Berinteraksi
Salah satu factor yang memicu anak menjadi pemalu bisa jadi dipicu karena ia tak punya teman sebaya sebagai teman bermainnya. Sehingga ia menjadi jarang melakukan interaksi dengan orang lain dan ketika ia bertemu dengan orang baru di lingkungan baru, mereka tidak tahu bagaimana cara berinteraksi atau memperkenalkan dirinya dengan orang lain karena tak pernah diajak keluar main, pergi ke taman atau tidak bersekolah. Anak yang tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak seusianya karena ruang geraknya hanya terbatas dengan keluarga di rumah akan membuat anak memiliki anggapan bahwa orang lain selain keluarganya adalah sebuah ancaman. Dan hal inilah yang membuatnya menarik diri dari keramaian dan tempat umum.
Berikut adalah beberapa factor pemicu yang bisa membuat anak menjadi pemalu. Namun jangan risau, sebagaimana dijelaskan diatas bahwa sifat pemalu pada anak bukanlah bagian dari perkembangan, melainkan sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya. Dengan kata lain, anda para orang tua masih bisa mengatasi sifat pemalu pada anak anda. Seperti apakah cara menghadapi dan mengatasi anak yang pemalu? Berikut ini poin-poin pentingnya.

Cara Mengatasi Anak Pemalu

1.    Biarkan Anak Bereksplorasi
Terapkan  pola asuh yang baik pada anak sejak ia masih bayi, dengan cara memberikan kesempatan untuknya untuk melakukan eksplorasi terhadap segala hal yang ia inginkan. Yang tentunya ada dalam pengawasan anda apabila si kecil melakukan aktivitas, eksplorasi atau hal lainnya yang beresiko membahayakan untuknya. Biarkan bayi anda tumbuh dan berkembang membangun citra dirinya.

2.    Jangan Memberikan Anak Sebuah Predikat
Saat anda mengenali sikap dan mengetahui bahwa anak memiliki sikap pemalu. Jangan sesekali memberikannya predikat dengan menyebutnya sebagai pemalu. Memberikan predikat pemalu pada anak bukanlah tindakan yang tepat, karena anak tak pernah berpikir bahwa dirinya itu pemalu. Bila ia sering dikatai sebagai pemalu, bukan tidak mungkin ia menjadi sadar dan lebih malu yang akhirnya berujung pada  psikologis anak yang memilih menarik diri dari lingkungannya. Ada baiknya saat anak kurang percaya diri berkembang dilingkungannya, berikan ia dorongan dan kepercayaan bahwa ia bisa melakukannya. Dengan begini anak akan lebih termotivasi untuk lebih berani.

3.    Bawa Serta Anak Saat Melakukan Kunjungan
Saat melakukan kunjungan seperti kunjungan ke tetangga, arisan atau pernikahan. Ada baiknya, jika anda mulai membawa serta si kecil. Dengan mengajak si kecil berkunjung ke tempat-tempat baru dan bertemu dengan orang-orang baru akan membuatnya terbiasa dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sehingga si kecil menjadi lebih berani dan percaya diri.

4.    Masukan Anak Ke Sekolah
Selain mampu mengasah kecerdasan social anak, memasukannya ke TK atau Taman Kanak-Kanak mampu menumbuhkan kepercaya dirian anak yang lebih tinggi. Karena dengan bersekolah anak akan menjumpai serta mengenal berbagai karakter orang dan mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar rumahnya. Dengan begini anak akan bermain sambil mengasah kemampuan diri dalam bersosialisasi dengan teman seusianya. 
 
5.    Dukungan Orang Tua
Dukungan serta dorongan orang tua adalah hal paling penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak. Saat anak belum berhasil melakukan sesuatu, jangan pernah mengucilkan atau menganggapnya lemah, hal ini hanya akan membuat anak tertekan dan semakin tidak percaya diri. Untuk itu, tetap berikan motivasi dan kepercayaan anda bahwa anak bisa melewati dan melakukannya.
Sifat pemalu atau minder yang dimiliki oleh seorang anak dapat membuat bakat dan potensi yang dimilikinya tidak ditunjukan dan digali secara keseluruhan. Orang lain juga tidak bisa melihat kemampuan anak secara penuh, jika anak tersebut menarik dirinya dari pergaulan dan kesempatan sukses yang mungkin bisa terlewatkan begitu saja. Namun dengan mengetahui beberapa tips mengatasi anak yang pemalu, anda bisa menerapkannya pada anak sehingga ia bisa lebih berani dan percaya diri menunjukan potensi yang dimilikinya.

SUMBER: bidanku.com

5 Kegiatan Yang Baik Untuk Balita Hiperaktif

Saat anak menginjak usia balita, dimana mereka baru bisa berjalan dan berlarian kesana-kemari. Mereka akan cenderung tak bisa diam dan menjadi hiperaktif, seolah anak-anak ini memiliki banyak energi dan tak pernah merasakan lelah. Kondisi ini amat sangat normal terjadi pada balita karena mereka baru saja menemukan kebahagiaan karena dapat berjalan dan ingin menjelajahi segala sesuatu.
Saat bayi anda berubah menjadi seorang anak yang bisa berjalan dan berlarian di sekitar, sebagai orang tua, anda dituntut untuk bisa tetap menjaga dan membuatnya terlindungi tanpa menghilangkan keceriaannya dalam bereksplorasi. Saat anak anda memasuki fase ini, ketelitian dan kesigapan anda dalam mengawasi balita dituntut untuk lebih extra. Namun mengarahkan keaktifannya pada sebuah kegiatan yang bermanfaat tentu akan bermanfaat banyak untuk stimulasi otak dan membantu anak untuk mengubah energi mereka menjadi kegiatan yang lebih produktif dan positif.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang baik untuk balita yang hiperaktif :

1.    Berolahraga
Untuk anak-anak yang hiperaktif, kegiatan fisik akan sangat bermanfaat, selainenerginya dapat tersalurkan, olahraga juga bisa dijadikan sebagai media untuk menstimulasi otaknya. Untuk itu, ajarkan anak untuk belajar satu olahraga seperti skating, sepakbola, bersepeda atau berenang. Pada umumnya, anak-anak akan menyukai olahraga berenang karena kegiatan ini dilakukan di dalam air yang akan membuat anak riang dan gembira. Namun tentunya, selalu pastikan jika anda memberikan peralatan keselamatan yang tepat untuknya.

2.    Bermain Diluar Ruangan
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa balita hiperaktif tidaklah bisa diam, biasanya mereka akan berjalan dan berlarian kesana kemari, menyentuh barang-barang yang akan membuat rumah menjadi berantakan. Untuk itu, tidak ada salahnya untuk sesekali mengajak mereka bermain di luar seperti taman bermain atau playground. Selain itu, kegiatan bermain di luar ruangan akan lebih baik untuk anak yang hiperaktif, dengan begini ekplorasi anak menjadi lebih luas. Namun tentunya, tetap dalam kondisi yang memungkinkan serta cuaca yang baik agar tidak beresiko sakit untuk anak-anak.

3.    Seni Kerajinan
Keluhan yang paling banyak disuarakan oleh para orang tua yang memiliki anak hiperaktif adalah sulitnya membuat balita hiperaktif untuk bisa duduk manis dan diam di suatu tempat. Untuk mengatasi hal ini, salah satu kegiatan yang akan membuat anak tertarik untuk bisa duduk dengan manis adalah lewat seni kerajinan. Banyak seni yang bisa dikenalkan pada balita termasuk bermain drum atau kegiatan membuat kerajinan origami yang akan membuat anak lebih tertarik dengan kreasi dari kertas warna. Seni kerajinan adalah salah satu kegiatan paling baik untuk anak-anak yang hiperaktif karena hal ini juga mampu meningkatkan kecerdasan otaknya.

4.    Kelas Menari
Belajar menari bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk anak balita. Bukan hanya terbatas anak perempuan saja yang bisa mengikuti kelas tari, anak laki-laki juga bisa diikut sertakan pada kelas tari khusus laki-laki atau kelas campuran. Untuk itu, jika anda sering melihat si kecil menari-nari atau menyukai tarian. Kelas menari bisa menjadi media yang baik untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya. Menari akan meningkatkan postur dan fleksibilitas tubuh anak. Selain itu kegiatan ini juga membantu kalori dalam tubuh mereka terbakar dengan cepat dan dapat membuat mereka tidur lebih cepat.

5.    Latihan Fisik
Anak-anak yang hiperaktif cenderung memiliki energi yang lebih besar dibandingkan anak-anak lainnya. Untuk menyalurkan energinya kea ah yang lebih baik latihan fisik adalah cara yang baik. Hampir semua kelompok bermain saat ini memiliki latihan fisik yang terstruktur dengan baik. Untuk itu, tidak ada salahnya masukan anak ke kelompok bermain. Ketika anak-anak berada dalam sebuah kelompok, mereka akan cenderung lebih mudah untuk menuruti perintah. Selain itu, energi anak akan tersalurkan pada arah yang lebih baik, melalui kelompok bermain, kegiatan ini juga dapat mengajarkan keterampilan bersosialisasi dengan rekan-rekan seusianya dan bermain secara berkelompok.
Berikut adalah beberapa kegiatan untuk anak-anak hiperaktif. Mugkin masih banyak lagi cara-cara yang bisa dilakukan untuk balita hiperaktif yang dapat anda aplikasikan. Memasukan anak ke sekolah playgroup juga dapat dilakukan untuk mengarahkan energinya kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya potensi yang dimiliki oleh anak hiperaktif sama potensialnya dengan anak-anak lain, hanya saja menghadapi anak hiperaktif akan sedikit lebih sulit dibandingkan dengan anak lainnya. Namun jumlah tingkat aktibitas yang baik bisa menandakan bahwa anak anda sehat.

Kamis, 14 Agustus 2014

Bayi Gatal-gatal Karena Alergi

Alergi identik dengan gatal-gatal. Tapi, alergi ternyata bisa juga muncul dalam bentuk gejala lain. Kenali gejala alergi pada bayi.

Kasihan juga melihat bayi heboh menggaruk-garuk tubuhnya yang gatal karena alergi. Belum lagi kalau menggaruknya terlalu semangat hingga kulitnya terkelupas. Menurut dr. Zakiudin Munasir, SpAK, alergi merupakan reaksi yang berlebihan atau respons yang tidak normal dari sistem kekebalan tubuh bayi terhadap zat-zat dari luar yang masuk ke dalam tubuhnya.
 
“Sehingga, ada sejumlah zat yang sebetulnya bermanfaat untuk tubuh, seperti zat-zat yang terkandung di dalam makanan, oleh sistim kekebalan bayi ditolak dan dianggap sebagai ‘musuh’ bagi tubuhnya,” kata Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
   
Alergi sejak lahir. Dalam situs www.allergicchild.com disebutkan, reaksi alergi pada tubuh bayi, biasanya diakibatkan tingginya sejenis senyawa protein di dalam darah, yaitu yang dikenal sebagai immunoglobulin E (IgE). Sementara semua jenis zat yang memicu timbulnya reaksi alergi, disebut alergen.

“Umumnya, reaksi alergi pada bayi tidak langsung muncul, tapi setelah tubuhnya beberapa kali ‘mengenali’ zat-zat tertentu yang kemudian dianggap sebagai ‘musuh’. Kalau reaksi alergi langsung timbul pada bayi yang baru lahir, artinya tubuh bayi sudah mengenal zat ‘musuh’ itu sejak di dalam kandungan,” jelas dr. Zakiudin tentang kapan biasanya reaksi alergi muncul pada bayi. Bila bayi Anda sangat sensitif, pada usia 2-3 minggu, dia sudah bisa memperlihatkan gejala alergi.

Pada bayi, reaksi alergi biasanya muncul akibat zat-zat tertentu di dalam makanan, termasuk di dalam ASI atau susu formula. Gejala alergi makanan yang dialami bisa berupa eksim, gatal-gatal di kulit, atau diare. Jika dibiarkan, eksim bisa berkembang menjadi asma.
Sedangkan pada anak balita, kebanyakan reaksi alergi disebabkan oleh faktor lingkungan. Misalnya, bulu binatang, kutu, atau serbuk sari tanaman. Reaksi alergi yang terlihat berupa sesak napas atau asma.
   
Umumnya akan hilang. Sejalan dengan bertambahnya usia bayi dan perkembangan sistem pencernaannya, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuhnya terhadap zat-zat yang semula dianggap alergen, secara bertahap akan menghilang. “Normalnya, reaksi alergi pada anak akan mulai menghilang pada usia 2–3 tahun,” sambung dr. Zakiudin yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi dan Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Alergi terhadap protein susu, biasanya hilang setelah bayi merayakan ulang tahunnya yang ke-2. Tapi, ada juga alergi yang baru hilang setelah anak berumur 5 tahun, misalnya alergi terhadap kacang-kacangan. “Pada beberapa orang, ada reaksi alergi yang tidak hilang seumur hidupnya. Contohnya, alergi terhadap makanan laut atau seafood. Khususnya, terhadap senyawa histidin yang terkandung di dalam beberapa jenis seafood,” lanjut dr. Zakiudin yang akrab dipanggil dr. Zaky ini.

Penanganannya? “Ada 3 tahapan penanganan alergi pada bayi. Pertama, hindarkan alergen. Kedua, dengan obat-obatan, dan ketiga, dengan imunoterapi,” jelas dr. Zaky. Khusus untuk penyebab bayi alergi dari makanan, ada 4 jenis makanan yang perlu diperhatikan saat Anda hendak mengenalkan atau memberikannya kepada bayi, yaitu susu sapi, telur, kacang tanah, dan makanan laut (seafood).
 

Cara Mudah Mencuci Pakaian Bayi

Kulit bayi lebih sensitif dari orang dewasa. Jadi, perhatikan perawatan pakaiannya, agar kulit bayi tidak iritasi. Asal tahu kiatnya, pekerjaan ini sederhana dan mudah.

Pilih deterjen. Banyak iklan deterjen hebat yang mampu melenyapkan segala noda. Hatu-hati Bunda karena kemungkinan bahan kimia yang dipakai cukup keras buat kulit bayi. Sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
  • Baca dulu baik-baik petunjuk pada label. Pilih yang berlogo ramah lingkungan pada kemasan. Biasanya juga diberitahukan mengandung surfaktan dan enzim.
  • Sebaiknya, pilih deterjen khusus untuk baju bayi.
  • Jika tak ada yang khusus untuk bayi, pilih deterjen yang tidak memakai bahan pewangi atau pewarna.
  • Hindari penggunaan cairan pemutih.
Bersihkan noda. Sebelum mulai mencuci, pilah-pilah baju atau popok bayi Anda.
*Popok bekas tinja dan baju bekas muntah bayi:
  • Buang kotoran ke kloset.
  • Bersihkan sisa kotoran dengan air mengalir.
  • Jika perlu, pada bagian yang terken anoda ditaburi dulu sabun atau deterjen, kemudian dikucek atau disikat, lalu bilas.
  • Jika noda membandel, rendam baju atau popok yang terkena noda dalam larutan deterjen sekitar 30 menit.
  • Setelah itu, popok atau baju bayi boleh dicusi bersama baju lainnya.
*Popok bekas urine:
  • Rendam dalam ember berisi air.
  • Kucek sebentar bagian yang terkena urine sebelum disabuni atau dimasukkanke mesin cuci.
Cara mudah mencuci.
  • Baju atau popok bayi yang sudah bersih dari noda bisa dicuci bersama baju bayi lainnya. Jika mengggunakan deterjen bubuk, tuang air di ember atau mesin cuci dulu, baru dibubuhi deterjen. Dengan demkian, debu deterjen tidak menebar ke mana-mana.
  • Baju bayi harus dibilas 2-3 kali, sampai benar-benar bersih. Ingat, selembut apa paun deterjen yang Anda pakai, jika tidak dibilias dengan dengan bersih bisa menyebabkan terjadinya ruam popok.
  • Ingin baunya segar, bubuhkan 2 sendok makan soda kue (baking soda) di bilasan terakhir di mesin cuci, atau 1 sendok teh di bilasan terakhir saat mencuci dengan tangan. Cara sederhana ini bisa membuat baju bayi lebih lembut dan berbau segar.
  • Pelembut bayi, boleh saja, tapi pilih yag khusus untuk bayi. Pelembut baju dewasa dikhawatirkan membuat daya resap popok berkurang.
  • Setelah diperas, keringkan dengan menggantung baju, balik bagian daa,m baju agar terkena sinra matahri. Sinar matahari akan membantu menghilangkan kuman-kuman. Setelah kering, seterikalah baju sehingga lebih nyaman dipakai dan rapi ketika disimpan. 
Sumber: www.ayahbunda.co.id

Rabu, 13 Agustus 2014

Tips mudah memilih baju anak

Baju anak akan menjadi salah satu hal yang kini menambah daftar belanja anda. mengingat pakaian adalah salah satu kebutuhan utama setiap orang, maka anak andapun juga akan memerlukan pakaian untuk dikenakannya baik untuk sehari-hari maupun untuk bepergian dan menghadiri acara-acara khusus. Sebagai orang tua, pasatinya anda tidak ingin hanya anda saja yang terlihat modis, namun pastinya anda juga menginginkan anak anda untuk dapat tampil menarik di depan banyak orang. Maka dari itu, anda perlu memilihkan pakaian yang tepat untuk anak-anak anda. Memang tidak mudah untuk memilih pakaian untuk anak anda terutama bagi mereka yang telah mampu menentukan kemauannya sendiri. Dengan begitu, anda perlu mengetahui beberapa tips dan trik untuk dapat berbelanja pakaian anak anda agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lebih mudah dan menyenangkan.

Perhatikan selera anak

Ada banyak cara yang dapat anda lakukan dalam agenda anda membelikan baju untuk anak anda yang beberapa di antaranya akan dibahas dalam tips memilih baju anak berikut. Sebelum anda memutuskan untuk membeli baju untuk anak anda, anda harus berpedoman pada satu prinsip bahwa anak anda bukanlah anda. Anak anda memiliki kepribadian dan selera yang sedikit banyak berbeda dengan anda jadi anda tidak dapat memastikan atau memaksakan bahwa apa yang anda suka pasti juga disukai oleh anak anda. lebih spesifik lagi bahwa anak anda belum tentu suka dengan baju atau pakaian yang anda pilihkan berdasarkan selera anda. maka dari itu, yang pertama-tama perlu anda lakukan dalam membelikan baju untuk anak anda adalah mengajak anak anda berbelanja untuk ikut serta memilih baju yang diinginkannya. Dengan begitu, baju yang dipilih oleh anak anda sudah pasti disukai olehnya dan pasti akan lebih sering dikenakan dari pada baju-baju  yang anda belikan namun tidak sesuai dengan seleranya.
Biarkan anak anda memilih baju yang mereka sukai dan peran anda sebagai orang tua di sini adalah mengarahkannya ketika pilihan anak anda tidak sesuai dengan usianya, misalnya. Jika anak anda telah menyukai apa yang dipilihnya, maka secara otomatis dia akan nyaman dan percaya diri dalam mengenakan pakaiannya dan ini adalah modal utama dalam berpenampilan bagi siapa saja, termasuk anak anda. Sehingga anak andapun dapat senantiasa terlihat menarik di mata banyak orang.Jika anda keadaan tidak memungkinkan bagi anda untuk mengajak anak anda berbelanja, maka anda cukup menanyakan seleranya. Setidaknya, pilihan anda sudah mendekati kemauannya dan baju anak yang anda belikan pun tidak hanya akan menumpuk di lemari karena tidak pernah dipakai.

Pilih bahan yang nyaman

Kemudian, yang perlu anda perhatikan berikutnya adalah karakteristik anak yang aktif dan lincah serta selalu ingin bergerak.Dengan begitu, baju yang anda harus pilihkan untuk anak anda haruslah lebih banyak pada baju dengan tema santai dan model yang sederhana agar anak lebih nyaman mengenakannya saat bermain dan beraktifitas.Selain itu, anda juga perlu memilih baju dengan bahan yang nyaman dan menyerap keringat dan tidak kasar agar anak anda selalu dapat merasa nyaman saat memakainya dan terhindar dari resiko iritasi. Intinya, dalam memilihkan baju anak untuk buah hati anda, jangan sekali-kali memaksakan selera anda untuk dikenakan oleh anak anda karena jika memang anak anda tidak menyukai selera tersebut, sama saja anda hanya membuang-buang uang anda untuk membeli baju yang tidak akan dikenakan oleh anak anda.

Kiat agar anak suka sayur & Buah


kadang si kecil susah sekali klu di suruh makan buah dan suka sama sayuran ya bund.... saya sendiri juga sikecil saya suka pilah-pilih makan buah dan sayuran.

Hal-hal di bawah ini mungkin dapat membantu agar si kecil lebih menyukai buah dan sayur:

* Jelaskan aneka manfaat buah dan sayur.
* Sembunyikan sayur di dalam makanan lain seperti dalam perkedel atau risoles.
* Modifikasi. Beberapa sayuran dapat digoreng kering dengan balutan tepung atau dibuat tempura dengan saus yang manis. Sedangkan buah dapat diolah menjadi jus, es buah, campuran es krim, setup, kolak, manisan, dan lainnya.
* Berikan contoh betapa ayah dan ibu pun suka sekali sayur dan buah.
* Hindari junk food yang merupakan makanan sampah karena rasa manis atau gurihnya mudah mengenyangkan dan membuat anak tak bernafsu makan. Lidahnya juga terbiasa dengan rasa yang kuat dari junk food dan sulit menerima makanan dengan rasa di luar gurih dan manis.

Mg bermanfaat ya bund......

sumber: ibudanbalita.com 

Jajanan Sehat untuk Anak

Saat anak sudah masuk sekolah, itu artinya Ia akan mulai suka jajan. Mungkin akan agak sulit untuk melarangnya jajan. Apalagi, jajanan-jajanan di sekolah yang tidak sehat justru lebih menarik dan disukai anak-anak. Nah, yang bisa Anda lakukan adalah mengajarkan anak mengenali jajanan sehat, agar Ia dapat menentukan mana jajanan yang baik dan tidak baik baginya. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu Anda ajarkan pada anak:

• Katakan pada anak untuk menghindari jajanan berwarna 'ngejreng' karena mungkin makanan atau minuman tersebut mengandung banyak bahan pewarna dan ada kemungkinan bahan pewarna yang digunakan bukan pewarna makanan.

• Ingatkan anak untuk selalu memperhatikan label atau kotak kemasan. Jajanan tergolong cukup aman, jika pada kemasannya tercantum nama produk, jenis bahan, berat bersih, nama dan alamat produsen atau importir, masa kadaluarsa, dan nomor registrasi BPOM.

• Ajarkan anak untuk melihat situasi sekitar, apakah banyak serangga yang hinggap di makanan, apakah alat makan di tempat tersebut dicuci dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun. Intinya, ajarkan Ia mengenai kebersihan dasar dan minta Ia untuk memilih tempat jajan yang juga menerapkan prinsip tersebut.

Memilih mainan anak yang sesuai dengan usia dan kemapuannya

Memilih mainan anak yang tepat untuk anak dapat menjadi salah satu hal yang paling penting yang harus kita lakukan untuk anak-anak kita. Anak-anak sangat identik dengan bermain. Bermain adalah dunia anak yang paling dominan. Bahkan, untuk dapat lebih maksimal dalam menyampaikan pelajaran, pendidikan anak usia dini menerapkan sistem belajar sambil bermain. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dari otak anak itu sendiri yang sedang gemar melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti bermain.Maka dari itu, metode pembelajaranpun harus disesuaikan dengan kemampuan anak-anak sesuai usianya.Dengan bermain, dipercaya bahwa pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan diserap oleh anak. Namun, sebagai orang tua, kita perlu menjadi lebih bijak dalam memilihkan jenis mainan yang tepat untuk anak-anak kita.
Tepat di sini berarti kita mampu memilih jenis mainan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak kita dalam menggunakannya dan sekaligus memanfaatkannya sebagai media belajar. Sehingga kegiatan bermain anak akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan otaknya. Ada beberapa fase penting dalam usia anak yang perlu kita jadikan sebagai bahan pertimbangan saat memilih mainan yang tepat untuk anak kita. Fase-fase tersebut antara lain adalah:
  • Fase 0-2 tahun. Dalam fase awal ini anak memiliki kemampuan yang didominasi oleh kemampuan sensor motorik pada otak anak. Sehingga akan lebih efektif jika kita memberikan mainan pada anak dengan wujud yang lebih mencolok seperti pada warna, baudan tekstur. Mainan yang menggunakan ekspresi juga dapat menjadi salah satu alternatifnya.
  • Fase 3-6 tahun. Pada usia-usia tersebut anak sudah mulai tertarik untuk bereksplorasi sehingga permainan yang memancing minat petualangan mereka akan sangat mendukung minat anak-anak kita. Hal ini dapat kita gunakan juga sebagai sarana untuk mendorong rasa percaya diri anak sehingga mereka tidak ragu-ragu untuk mengeksplorasi hal-hal baru.
  • Fase pra sekolah. Pada fase ini, yang anak butuhkan adalah jenis permainan yang dapat mengembangkan rasa kerjasama dan kemampuan sosialisasi mereka. Hal ini sangat diperlukan oleh anak-anak kita karena mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya di sekolah.
Untuk fase berikutnya, permainan yang cocok untuk anak anak kita adalah permainan yang memiliki kemampuan untuk merangsang kemampuan peran, ketangkasan, dan kreativitas pada anak. Dengan memilih mainan yang tepat untuk anak, berarti kita sama juga dengan mendukung kesempatan mereka untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan fase usia mereka masing-masing. Pemilihan mainan untuk anak secara bijak juga dapat membantu mereka untuk memiliki hidup yang lebih seimbang ke depannya.Dengan kata lain, kita sebagia orang tua memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan apa yang perlu anak kita dapatkan salah satunya dengan cara memilih mainan yang tepat untuk anak kita.

Selasa, 12 Agustus 2014

Pendidikan dengan Keteladanan

Mendidik anak bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Mendidik anak bukan sekedar menjalani fitrah kehidupan mengikuti air mengalir, dan tak perlu pengetahuan dan perencanaan yang jelas. Sebaliknya, pendidikan anak harus dijalankan dengan tata cara yang benar, mengikuti pedoman yang telah dicontohkan uswah hasanah kita.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku ”Metode Pendidikan Anak Dalam Islam” menjelaskan tentang metode pendidikan anak yang efektif, yaitu mendidik dengan keteladanan, mendidik dengan pembiasaan, mendidik dengan nasehat, mendidik dengan pengawasan, dan mendidik dengan hukuman.
Insya Allah, akan kita bahas satu demi satu metode pendidikan tersebut. Kali ini, akan dibahas metode mendidik anak dengan keteladanan.
Dalam metode ini, orang tua mengajarkan segala sesuatu kepada anak dengan memberi keteladanan yang dapat dilihat dan ditirukan langsung oleh anak-anak.
Pendidikan dengan keteladanan ini sangat cocok bagi anak-anak karena proses pembelajaran yang pertama bagi seorang anak adalah meniru. Dia meniru siapa saja yang ada di sekitarnya. Dia berusaha mencoba apa saja yang dilakukan oleh orang yang dilihatnya, misalnya berusaha untuk makan sendiri, mencoret-coret dengan alat tulis, memakai sepatu dan baju ayah ibunya, menyuapi boneka, membuang sampah pada tempatnya, dll.
Pada perkembangan selanjutnya ketika si anak sudah bisa berbicara, maka ia akan memperhatikan dan mencoba meniru apa saja yang ia dengar dan ia lihat dari lingkungannya. Oleh karena itu hendaklah orang tua menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam hal ucapan, tingkah laku, dan sikapnya. “…maka bertaqwalah kepada Allah, dan ucapkan perkataan yang benar”.(Q.S.An-Nisaa’:9).
Orang tua haruslah mencontoh Rasulullah SAW yang berakhlak mulia, lalu mengarahkan anak-anak, untuk menjadikan Rasulullah sebagai uswatun hasanah atau tauladan yang baik dalam segala aspek. Bila kita masing-masing meneladani Rasulullah SAW maka insya Allah akan tercipta generasi-generasi seperti para sahabat dan anak-anaknya.
Hal-hal yang penting untuk dilakukan oleh orang tua dalam melakukan metode ini adalah dengan memberikan keteladanan dalam hal :
a. Ibadah
Karena Allah SWT menciptakan kita, tiada lain agar kita beribadah kepada-Nya:“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adzariyaat : 51)
b. Sikap pemberani
Penting pula dicontohkan kepada anak sikap berani membela kebenaran, menentang kemaksiatan, dan berani bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.
c. Sikap murah hati
Ketika anak menyaksikan orang tua mereka senang memberi bantuan kepada orang lain, tidak bakhil, serta ringan tangan dalam segala urusan sosial kemasyarakatan, maka anakpun insya Allah termotivasi untuk melakukan hal yang sama.
d. Bersifat zuhud
Marilah kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk belajar bersifat zuhud, tidak boros dan tidak berlebih-lebihan. “Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhan-Mu lebih baik dan lebih kekal,” (Q.S.Thaahaa: 131).
e. Sikap tawadhu’
Sikap tawadhu’ rendah hati adalah sifat mulia. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri,” (Q.S.Lukman: 18).
f. Sikap istiqomah
Allah SWT akan mengaruniakan kepada orang-orang yang istiqomah ketenangan hati, rasa optimis, dan pahala surga. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), janganlah merasa takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan,” (Q.S.Fushshilat: 30).
g. Sikap penyantun
Sikap penyantun dan lemah lembut akan memudahkan manusia menerima seruan dakwah ke jalan Allah SWT. Karenanya, setiap mukmin harus memiliki sifat penyantun dan lemah lembut, agar Islam diterima dengan baik oleh siapa saja, sebagai rahmat bagi seluruh alam. “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal,” (Q.S.Ali Imran: 159).

Hal 32 Oleh Ari Aji Astuti
Sekretaris I Pimpinan Wilayah Salimah Jawa Tengah

Pendidikan dengan Pembiasaan

Pendidikan dengan pembiasaan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara membiasakan anak untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Ini merupakan  kelanjutan dari pendidikan dengan keteladanan. Hal-hal positif yang ingin kita tanamkan kepada anak, kita berikan kepada mereka berupa contohperilaku, dan kemudian kita biasakan anak-anak untuk melakukan hal-hal tsb.
Pola pembiasaan merupakan salah satu cara yang efektif dalam pendidikan anak. Pola ini tidak memerlukan banyak kata dan perintah, hanya memerlukan contoh dan konsistensi dalam melatih kebiasaan anak.
Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menanamkan pendidikan dengan pembiasaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak balita
a.  Pengkondisian dengan latihan berulang-ulang
Tahap ini sudah bisa dimulai sejak bayi. Hal-hal yang ingin kita tanamkan kepada anak seperti, membaca al Qur’an setiap ba’da magrib, membiasakan cuci tangan sebelum makan, dan lain-lain, kita contohkan kepada anak. Ini adalah merupakan tahap pengkondisian. Saat itu, anak akan mengamati, dan mencoba mencerna hal-hal yang ia lihat.
Setelah pengkondisian kita lakukan, kemudian kita latih anak-anak untuk melakukannya bersama-sama  setiap hari, berulang-ulang, dan kita ingatkan bila anak lupa atau tidak melakukannya. Untuk anak yang masih bayi, kita ajak serta pada saat kita melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Misalnya dengan menggendong atau memangkunya ketika kita membaca Al Qur’an, menidurkan anak disamping sajadah kita ketika kita shalat, dan sebagainya.
b. Membimbing/menuntun anak melakukan sesuatu dimulai dari mendengar, mengulang, memahami, menuliskan, membaca, dan kemudian mempraktikkan.
Misalnya membiasaan anak menghafal Al Qur’an, menghafal bacaan shalat, menghafal hadist, dan lain-lain. Kita mulai memperdengarkan ayat-ayat yang menjadi target hafalan anak, satu ayat demi satu ayat, berulang-ulang, secara kontinu misalnya setiap mengantar atau menemani anak menjelang tidur.
Saya telah mempraktikkan cara tersebut ketika anak saya masih bayi. Setiap malam ketika mengantar anak tidur, saya bacakan ayat-ayat Al Qur’an. Alhamdulillah, saat anak mulai bisa berbicara, ayat-ayat itu terucap dari mulutnya dengan baik dan lancar.
Untuk hafalan do’a sehari-hari, saya membacakannya setiap akan melakukan kegiatannya. Ketika akan memberi ASI, saya bacakan do’a mau makan.Selesai memberi ASI saya bacakan do’a setelah makan. Begitu anak bisa berbicara, semua aktifitas yang akan dlakukan dimulai dengan do’a yang sesuai, dengan baik pula..
2. Untuk anak-anak yang sudah baligh/dewasa
Sering terjadi, orang tua lupa menanamkan hal-hal baik kepada anak sehingga anak belum terbiasa melakukan kebaikan-kebaikan yang seharusnya sudah ia lakukan dikala usia mereka sudah baligh/dewasa.
Tentu hal ini menjadi lebih sulit dibanding dengan menanamkan kebiasaan ketika masih usiakanak-kanak. Diperlukan cara lain untuk dapat menyentuh rasa dan nurani anak sehingga ia akan tersadar dan kemudian melakukan kebiasaan baik dengan kesadaran sendiri. Anak-anak yang sudah baligh disadarkan dengan cara melibatkan rasa dan pikirnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghubungkan/mengaitkan segala urusan dengan aqidah
Anak yang sudah baligh, ia sudah mampu berpikir. Ketika dalam usia tersebut anak belum terbiasa melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan, hal yang paling tepat dilakukan adalah mengingatkannya dengan konsep aqidah.
Diingatkan akan banyaknya nikmat Allah SWT yang dilimpahkan kepadanya sehingga mestinya ia bersyukur dengan melakukan ketaatan dan memperbanyak ibadah. Diingatkan dengan adanya surga dan neraka, balasan kebaikan yang berlipat ganda bagi yang beramal shaleh, dan azab yang dahsyat bagi yang ingkar kepada Allah SWT dengan cara yang halus dan menyentuh hati, bukan dengan tekanan dan banyak vonis.
 b. Menjauhkan anak dari kemaksiatan
Agar anak terjaga dari hal-hal negatif dan bisa terus konsisten dengan perubahan menuju kebaikan, hindarkan selalu dari hal-hal yang buruk. Pelihara anak dari perilaku maksiat dan terus beri semangat bahwa dia akan mampu berubah bila ia berusaha dengan sungguh-sungguh.
c. Mengubah lingkungan anak
Ada kalanya anak sulit berubah menjadi lebih baik bila lingkungan pergaulan dan lingkungan hidupnya tidak berubah. Pengaruh lingkungan teramat besar bagi anak-anak, terutama yang sedang beranjak dewasa karena saat itu anak-anak biasanya merasa lebih nyaman dengan teman seusianya dan mulai sedikit menjauh dari orang tua. Maka orang tua wajib menciptakan lingkungan yang baik, yang mendukung terhadap perubahan anak dan meyakinkan bahwa lingkungan tempat mereka bergaul dan berkembang adalah lingkungan yang baik.


Hal 32 Oleh Ari Aji Astuti
Sekretaris I Pimpinan Wilayah Salimah Jawa Tengah

majalahembun.com 

Mendidik dengan Nasihat

Anak memerlukan nasihat untuk melakukan hal yang baik dan benar. Anak perlu diberi tahu serta diingatkan untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang salah. Suatu sifat manusiawi bahwa salah dan lupa itu akan selalu ada. Anak-anak pun tak dapat terhindar dari sifat lupa dan berbuat kesalahan, walaupun sudah setiap hari dan setiap saat dinasihati.
Ketika anak melakukan kesalahan, maka tak ada kata lain bagi orang tua kecuali menasihatinya. Tetapi, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana nasihat itu harus disampaikan kepada anak, agar anak memahami nasihat dan mampu melaksanakannya dengan ringan hati  tanpa disertai rasa marah dan kebencian.
Kiat-kiat menasihati anak :
1. Nasihat harus diberikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Gunakan kalimat-kalimat sederhana, tapi mengena. Gunakan bahasa yang santun, sampaikan dengan tenang dan tanpa kemarahan.
2. Isi nasihat bisa diambil dari kisah-kisah yang ada dalam Al Qur’an, hadist-hadist Rasulullah SAW, atau kisah-kisah para sahabat, tabi’in, kisah-kisah teladan lainnya. Sampaikan kisah-kisah tersebut sebagai cerita sebelum tidur, cerita saat bermain, dan bacaan harian anak, sehingga nasihat dapat dicerna dengan baik tanpa ada kesan digurui.
3. Nasihat bisa disampaikan dengan cara-cara yang santai, seperti ngobrol, sambil bercanda, sambil makan bersama, dalam perjalanan, saat menemani anak berangkat tidur, dan lain-lain.
4. Jangan sekali-kali menasihati anak ketika kita dan anak kita dalam keadaan sedang marah. Orang yang marah tidak mampu berfikir secara rasional. Berbicara pasti dengan emosi. Semakin banyak bicara, emosi akan semakin membara. Apabila dipaksa berbicara,kata-kata yang keluar bisa jadi tidak terkontrol dan akhirnya bisa semakin mempertajam masalah. Langkah terbaik adalah mengikuti nasihat Rasulullah SAW, diamlah ketika marah.
5. Jangan menuntut anak untuk melakukan nasihat saat itu juga, karena anak bukanlah robot yang langsung bisa melaksanakan segala instruksi hanya dengan menekan tombol remote control.
6. Beri anak waktu untuk berfikir dan menyelami nasihat yang kita berikan, dan jangan  terburu-buru memberikan sanksi saat anak belum  melaksanakan nasihat tersebut.
7. Diskusikan bersama anak sanksi apa yang akan diberikan bila anak melanggar nasihat-nasihat kita.
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana cara menasihati anak ketika mereka melakukan kesalahan :
a. Menegur anak dengan lemah lembut ketika anak melakukan kesalahan saat itu juga, kemudian menunjukkan hal yang benar. Seperti ketika Rasulullah SAW menegur seorang anak yang melakukan kesalahan saat makan bersama, maka beliau memberitahukan etika makan makan yang benar. Rasulullah SAW bersabda, “Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (H.R. Bukhari Muslim)
b. Menasihati anak dengan sindiran. Nasihat dilakukan di depan banyak anak, tetapi tidak menyebutkan nama anak yang melakukan kesalahan, agar anak tidak merasa malu di depan teman-temannya.
c. Menasihati anak yang melakukan kesalahan secara tersembunyi untuk menjaga perasaan anak. Anak yang melakukan kesalahan dipanggil ke tempat khusus, dan dinasihati dari hati kehati, tidak di depanteman-temannya.
d. Menegur anak yang melakukan kesalahan, menunjukkan kesalahannya, kemudian memberi waktu untuk berfikir tentang kesalahan yang dilakukan. Kemudian memberikan sanksi yang setara dengan kesalahan anak, bila anak masih tetap melakukan kesalahan.
e. Tidak terlalu cepat memberikan hukuman, tetapi cari dulu sebab mengapa anak melakukan kesalahan. Beri nasihat, lihat hasilnya, baru setelah itu apabila anak belum juga berubah ke arah yang lebih baik, berikan hukuman yang setara dengan  kesalahan yang dilakukan.
Dalam menasihati anak, alangkah baiknya bila orang tua juga dapat menjadi contoh tauladan bagi anak tentang hal-hal yang dinasihatkan kepadanya. Sebab bagi anak, contoh riil akan lebih mengena daripada sekedar kata-kata.
Semoga kita para orang tua yang menginginkan anak-anak sholeh dan sholihah, terhindar dari perbuatan ini. Semoga kita dapat menjadi contoh bagi anak-anak kita dalam segala ucapan dan perbuatan, menjadi model idola bagi anak, dan bukan hanya menjadi orang tua yang pandai menasihati tetapi tak pandai memberi tauladan. Na’udzubillaahi min dzaalik. Aamiin.
Jangan sampai kita menjadi orang yang suka mengatakan, “Ikuti apa yang saya katakan, jangan ikuti apa yang saya lakukan”, namun semoga kita menjadi orang tua yang selalu dapat melakukan apa-apa yang kita nasihatkan kepada anak-anak kita, sehingga anak-anak memperoleh gambaran yang jelas bagaimana melaksanakan nasihat yang kita sampaikan. Aamiin. []
Hal 32 Oleh Ari Aji Astuti
Sekretaris I Pimpinan Wilayah Salimah Jawa Tengah

sumber: http://majalahembun.com/category/14-kolom/14-buah-hati/ 

Rabu, 06 Agustus 2014

Cara Menasehati Anak

Bersama anak, bukan hanya di dekat anak
Sangat penting untuk meluangkan waktu bersama anak, bukan hanya berada di dekat anak. ‘Bersama anak’ artinya kita ikut terlibat dengan kegiatan yang sedang dilakukan anak, entah bermain, belajar, atau apa pun.

Motivasi dari dalam, lebih baik daripada motivasi dari luar
Contoh motivasi internal: keinginan belajar anak karena rasa penasaran akan sesuatu.
contoh movitasi eksternal: suruhan, rasa takut (diomeli/dimarahi).
Motivasi internal akan jauh lebih kuat mendorong anak untuk melakukan hal-hal positif, daripada motivasi eksternal.
Prestasi, bukan prestise
Adakalanya orang tua mengejar prestise, melalui apa yang dicapai anak. Jika demikian, maka hal yang memberi prestise, misalnya nilai mata pelajaran, akan menjadi tujuan pencapaian orang tua.
Seharusnya yang dikejar adalah prestasi anak. Perolehan nilai mata pelajaran hanya salah satu indikator prestasi.
Proaktif, bukan reaktif
Contoh sikap reaktif:
Kita memarahi dan menasehati anak ketika mereka berantem.
Contoh sikap proaktif:
Kita mengapresiasi ketika anak sedang bekerja sama, main bersama misalnya.
Dahulukan reward, bukan punishment
Meskipun hukuman itu bisa saja diberikan ketika anak melakukan kesalahan, tetapi lebih baik dan harus jauh lebih didahulukan penghargaan ketika anak melakukan kebaikan. Jika akan membuat hukuman bagi pelanggaran tertentu, pastikan hukuman tersebut bisa dilaksanakan. Sebagai contoh, mengatakan pada anak di mall “Kalau kalian lari-lari terus, nanti ditinggal!” adalah hal yang tidak mungkin dilakukan.
Jangan pernah berbohong pada anak
Kita mungkin pernah mentolerir kebohongan pada anak untuk hal-hal tertentu. Seharusnya kita tidak boleh sama sekali berbohong kepada anak, karena akan mengurangi kepercayaan mereka terhadap kita. Kurangnya kepercayaan anak kepada kita akan menyebabkan anak mencari pihak yang lebih dipercaya di luar rumah.
Tidak menyakiti fisik anak
Menyakiti fisik adalah salah satu contoh sikap reaktif ketika anak melakukan kesalahan, dan hanya akan menghentikan anak dalam jangka pendek.
Anak, Si Pembelajar
Pada dasarnya anak senang belajar. Itulah mengapa bayi pada umumnya sangat antusias mengejar sesuatu yang baru mereka lihat, meskipun harus berkali-kali jatuh. Yang sering tidak kita sadari, cara mereka belajar bisa jadi tidak sama dengan apa yang kita bayangkan. Mereka belajar dengan cara mengamati, menyentuh, menggigit apapun bagi bayi, mengacak-acak mainan dan sebagainya.
Konon, menurut penelitian, 80% anak malas belajar karena sress, entah di rumah atau di sekolah.
Beberapa tips mengajak anak belajar:
* Bawa anak pada kondisi nyaman dulu, misalnya awali dengan permainan, tebakan dsb.
* Usahakan anak penasaran dengan materi ajar: pancing dengan pertanyaan, ajak berimajinasi dsb.
Konsisten, konsisten!
Saya baru sadar betapa berbahayanya inkonsistensi dalam membuat aturan. Sebagai ilustrasi, ketika di awal kita melarang anak beli coklat, kemudian akhirnya memperbolehkan mereka beli karena merengek, nangis, bahkan mungkin mengamuk, maka anak akan belajar beberapa hal:
* Kata ‘tidak boleh’, ternyata bisa berarti ‘boleh’
* Semakin besar ‘gangguan’ yang dilakukan, ‘tidak boleh’ itu semakin mendekati ‘boleh’. Jadi kalau ingin berhasil, tinggal dinaikkan saja level gangguannya.
* Upaya negatif (menangis, merengek, mengamuk), ternyata bisa menghasilkan hasil positif (dibelikan coklat tuh…)
* Ternyata orang tua gak bisa dipercaya
Positif, bukan negatif
Selalu beri anak energi positif, bukan energi negatif
* Gunakan kalimat positif, jangan kalimat negatif (misalnya menggunakan kata ‘jangan’, ‘tidak’, ‘tidak boleh’). Bayangkan apa yang akan kita rasakan jika seseorang berkata “Jangan membayangkan seekor monyet berbadan besar, berbulu hitam, bergelantungan di pohon, bersuara uukk…ukk…”. Kita pasti akan membayangkan sang monyet dengan jelas, meskipun sudah jelas-jelas dikatakan “jangan”. Jadi lebih baik mengatakan “Nanti kita akan beli anu, anu dan anu”, daripada mengatakan “Nanti jangan beli coklat ya…”.
* Tidak memberi stigma negatif terhadap anak, misalnya dengan mengatakan “Iya nih, anak saya memang pemalu….” Jadi pemalu beneran terus menerus deh. Setiap anak pasti punya kelebihan. Angkat sisi-sisi yang jadi kelebihannya itu.
Meninggikan, jangan Merendahkan
Seperti juga orang tua, anak ingin dihargai, punya harga diri. Kadang kita secara tidak sadar merendahkan harga diri anak dengan cara: mengomeli, memarahi, menasehati terus menerus, sehingga di pikiran anak tertanam:
* Saya ini memang gak bisa
* Biar aja yang memutuskan ayah/ibu, toh kalau saya yang memutuskan mesti salah
* Pendapat saya mesti salah, pendapat ayah/ibu yang benar
dan seterusnya, yang membuat anak menjadi kurang percaya diri dan menilai negatif dirinya sendiri
Mendengar, baru berbicara
Kita kadang memandang anak sebagai ‘makhluk kecil yang belum ngerti, dan karena itu harus diberitahu, dinasehati dst’, sehingga kita jarang mau mendengar apa yang diinginkan dan dirasakan anak. Kita seharusnya mau lebih banyak mendengar, karena dengan kita dengarkan, rasa percaya dirinya akan naik, potensi berpikirnya pun akan lebih tergali. Ketika si Kakak memukul adeknya misalnya, maka seharusnya hal pertama yang kita lakukan adalah mendengar dan mencari tahu apa yang dia pikirkan/rasakan, sehingga si Adek dipukul. Setelah kita dengarkan, baru berbicara kepadanya: menasehati, memintanya untuk minta maaf dan sebagainya.

sumber: http://bintanggemerlap.wordpress.com

Tips Melatih Anak Shalat Sejak Balita

Karena pembelajaran shalat untuk anak usia dini adalah dalam rangka pembiasaan, bukan karena kewajiban, maka orang tua dapat melatih anak dengan cara-cara berikut ini :

1.TeladanMemberikan keteladanan dengan cara mengajak anak
melaksanakan shalat berjamaah di rumah. Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Orang yang paling banyak diikuti oleh anak dan yang paling kuat menanamkan pengaruhnya ke dalam jiwa anak adalah orang tuanya. Oleh karena itu, Rasulullah saw memerintahkan agar orang tua dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Pada tahap awal, keteladanan yang dapat dicontoh anak adalah gerakan-gerakan shalat. Pada tahap berikutnya keteladanan yang bisa diberikan orang tua adalah bacaan shalat dengan suara yang terdengar oleh anak. Sehingga anak tidak hanya mendapatkan stimulasi gerakan shalat tapi juga bacaan shalat.Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Orang tua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik, jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas ( golden age ) pada anak
2.Melatih berulang-ulang
Melatih gerakan dan bacaan shalat pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan cara berulang-ulang  Semakin sering anak usia dini mendapatkan stimulasi tentang gerakan shalat, apalagi diiringi dengan pengarahan tentang bagaimana gerakan yang benar secara berulang-ulang maka anak usia dini semakin mampu melakukannya. Begitu juga dengan bacaan shalat. Semakin sering di dengar oleh anak, maka semakin cepat anak hafal bacaan shalat tersebut. Sekalipun pemberi teladan yang utama adalah ayah dan ibu, diharapkan orang dewasa lainnya yang tinggal bersama anak juga bisa menjadi teladan bagi anak. Sehingga ketika ayah tidak ada di rumah dan ibu berhalangan memberikan teladan, makapemberian latihan tetap bisa berlangsung oleh orang dewasa lainnya yang tinggal bersama anak
3.Suasana nyaman dan Aman.
Menghadirkan suasana belajar shalat yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak dalam menerima seluruh proses pendidikan shalat yang diselenggarakan saat anak usia dini mengikuti gerakan orang tua dalam shalat, pada tahap awal terkadang bisa mengganggu kekhusukan shalat orang tua. Orang tua harus dapat memahami bahwa tindakan anak meniru gerakan orang tua adalah proses belajar, sehingga sekalipun anak dapat mengganggu kekhusukan shalat orang tua, anak tidak boleh di marahi atau dilarang dekat dengan orang tua saat shalat. Pengarahan tentang bagaimana tata cara shalat yang benar kita ajarkan kepada anak setelah proses shalat berlangsung. Dalam tahap lanjut, anak tidak hanya bisa meniru gerakan shalat, tapi juga memiliki kebanggaan untuk menggunakan simbol-simbol islami baik dalam ucapan maupun perilaku dalam shalatnya dan sebagainya.

4.Tidak MemaksaTidak melakukan pemaksaan dalam melatih anak usia dini
melakukan shalat
.
Perkembangan kemampuan anak melakukan gerakan shalat  adalah hasil dari pematangan proses belajar yang diberikan. Pengalaman dan pelatihan akan mempunyai pengaruh pada anak bila dasar-dasar keterampilan atau kemampuan yang diberikan telah mencapai kematangan. Kemudian, dengan kemampuan ini, anak dapat mencapai tahapan kemampuan baru yaitu dapat melakukan gerakan shalat sekalipun belum berurutan.
5.Tidak membanding-bandingkanSecara fisik, semakin bertambah usia anak maka semakin mampu melakukan gerakan-gerakan motorik dari yang sederhana sampai yang komplek. Namun perlu diperhatikan adanya keunikan setiap anak. Bisa jadi tahapan perkembangan gerakan motorik antara anak pertama lebih cepat dibandingkan anak kedua. Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk memperhatikan perkembangan seseorang, dan tidak membanding-bandingka dengan sang kakak atau anak yang lain yang seusia dengan anak.
sumber: http://anakkreatif.wordpress.com

Siasat Untuk Balita Yang Sulit Makan Sayur

Jangan kebahisan akal untuk membuat balita mau makan sayur. Banyak cara bisa dicoba. Bunda bisa coba berbagai strategi ini.

Motivasi jitu: Berlomba.
Bila ada saudara atau teman anak yang bisa diajak makan bersama, Anda bisa mengadakan lomba kecil makan sayuran. Letakkan di piring beberapa potong buncis dan wortel rebus, lalu beri aba-aba untuk memulai lomba. Berikan hadiah sederhana semisal stiker tokoh kartun favorit kepada pemenangnya. Cara ini pasti membuat anak semangat melahap sayuran. Jika si 1 – 2 belum bisa menghabiskan sayuran, berikan ia semangat agar ia menang di lomba berikut.

“Popeye suka bayam, Adik suka apa?”. Setiap balita ingin menjadikan benda yang dikenalnya sebagai posesi atau miliknya sendiri. Cobalah menggunakan analogi yang sama lalu gabungkan dengan jenis sayur yang kurang disukainya. Tentu saja, sebagai permulaan, jenis sayur favorit lebih dominan jumlahnya daripada yang jenis sayur yang lain.

Jadikan kudapan. Ya, sesekali, biarkan anak menikmati brokoli atau wortel rebus yang dibumbui ringan sambil bermain atau tidak dalam posisi duduk di meja makan.    

Tak perlu memaksa, maklumi proses belajar makan si 1 – 2 tahun. Ingat, potongan makanan perlu dipindahkan oleh lidah ke samping agar dapat dihaluskan oleh gigi, lalu dibawa ke tengah kembali dan dipindahkan ke sisi lainnya untuk dikunyah kembali sampai lumat sebelum ditelan. Anak sebaiknya dibiarkan bila dia mengunyah dengan mulut terbuka.

Sembunyi dalam menu favorit anak. Misalnya:
•    Wortel, buncis, zukini, bayam atau jenis sayur lain dicincang, diparut, dihaluskan, atau diiris tipis lalu diselipkan ke dalam roti isi ragout, sup krim, telur dadar, nasi goreng, rolade, atau skotel makaroni. Bisa juga menjadi topping pizza, campuran saus spageti, atau dimasukkan ke dalam adonan aneka keik potong dan muffin.
•    Tomat, wortel atau mentimun dapat dibuat jus atau smoothies yang dicampur dengan sedikit gula/madu dan es. 

“Hebatnya sayuran!” Salah satu cara jitu memotivasi anak-anak adalah dengan bercerita serta menjawab pertanyaannya. Misalnya cerita tentang kehebatan bayam yang membuat anak-anak menjadi lebih kuat dan bertenaga. Mungkin Anda sudah bisa mulai mengenalkan istilah sederhana seperti vitamin.

Ikut belanja dan masak, akan meningkatkan keingintahuan dan minat balita. Sambil mencuci daun selada, pastilah jari mungilnya dengan jahil atau mencicipi robekan daun ini. Sambil berbelanja ajak si 1 – 2 tahun menebak warna. Sambil mencuci dan mengolah sayuran, berceritalah tentang tokoh kartun favoritnya dan sayur favorit mereka.

Ajak ke kebun sayur, atau menanam sayuran sendiri. Anak akan menikmati proses tumbuh sayur yang ditanamnya dan menjadi tidak sabar untuk memanen dan mengetahui seperti apa rasanya. Atau ajak dia beragrowisata.

Satu tim kompak. Minta sepupu, teman bermain anak atau orang lain untuk turut mengajak anak makan sayur. Di lain pihak, sediakan aneka jenis sayur siap santap yang Anda taruh di tempat-tempat yang mudah diraih oleh anak. Lingkungan yang seperti ini amat besar pengaruhnya dalam membentuk pola makan anak, termasuk kebiasaan makan sayur.

sumber: http://www.ayahbunda.co.id

Peranan Asi ekslusif bagi ibu dan anak

Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak, baik untuk kesehatan ibu dan ekonomis bagi keluarga. Meskipun ASI sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi tetapi banyak sebagian ibu – ibu yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka. Hal ini dapat dilihat dari data di Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan tahun 2008 sebanyak 6,5 %, tahun 2009 sebanyak 10,5 %, tahun 2010 sebanyak 19,2 % serta pada bulan Januari hingga Agustus 2011 hanya 8,3 % bayi yang mendapat ASI Eksklusif. Angka tersebut masih rendah mengingat berdasarkan target dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015 minimal ibu menyusui bayi secara eksklusif sebesar 80 %.
Keuntungan lain yang tidak kalah pentingnya bagi bayi yang disusui ASI lebih sehat dan dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi terutama diare dan pneumonia. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data kematian bayi di Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan akibat aspirasi susu formula di tahun 2009 sebanyak 5 bayi, tahun 2010 sebanyak 4 bayi, serta tahun 2011 sebanyak 5 bayi.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Manfaat ASI antara lain :
  1. a.Mudah dicerna
  2. b.ASI mengandung zat – zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
  3. c.Protein ASI lebih mudah diserap dibanding pada susu sapi.
  4. d.Bermanfaat untuk kecerdasan, karena mengandung asam lemak dan asam amino yang penting untuk perkembangan otak.
  5. e.Meningkatkan kekebalan, sehingga bayi tidak mudah sakit.
  6. f.Bersih dan bebas pencemaran.
  7. g.Kontak langsung antara ibu dengan bayi akan membentuk ikatan kasih sayang yang bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi.
  8. h.Bersih dan murah, sehingga aman untuk bayi dan hemat.
Adapun bagi ibu menyusui dapat menunda haid dan kehamilan ( berfungsi sebagai kontrasepsi ) serta mengurangi resiko kanker payudara. Bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki risiko tumbuh kembang yang tidak optimal diakibatkan asupan nutrisi yang kurang serta lebih mudah terkena penyakit infeksi. Disamping itu pemberian susu formula secara dini akan menyebabkan kerugian secara materi.
Dari hal itu keuntungan menyusui bagi bayi diantaranya yaitu :
  1. a.Sebagai sumber gizi yang lengkap.
  2. b.Imunisasi awal yang berguna meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
  3. c.Meningkatkan kecerdasan otak serta emosional dan spiritual bayi.
  4. d.Menyusui merupakan hak bayi.
Adapun keuntungan menyusui bagi ibu dan keluarga diantaranya yaitu :
  1. a.Mencegah perdarahan.
  2. b.Mempercepat pengecilan rahim setelah melahirkan.
  3. c.Mengurangi pengeroposan tulang.
  4. d.Mengurangi resiko kanker payudara.
  5. e.Mudah dan praktis serta hemat.
  6. f.Bagi ibu bekerja akan jarang bolos karena bayi sakit.
Dengan memberikan ASI pada bayi juga berarti memenuhi 10 hak-hak anak antara lain :
  1. 1.Hak untuk hidup dan mendapat makanan.
  2. 2.Hak untuk kesehatan.
  3. 3.Hak untuk tumbuh kembang.
  4. 4.Hak untuk perlindungan.
  5. 5.Hak untuk pendidikan.
  6. 6.Hak untuk berpartisipasi.
  7. 7.Hak untuk bermain.
  8. 8.Hak persamaan.
  9. 9.Hak untuk mendapat nama dan kebangsaan.
  10. 10.Hak untuk rekreasi.
Tetapi adanya produk – produk susu formula yang begitu banyak menyebabkan banyak masyarakat beralih dari ASI ke susu formula. Hal ini menyebabkan banyak terjadi pemberian makanan pendamping ASI secara dini. Beberapa penyebab ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya pemberian ASI kepada bayi. Selain itu adanya produk susu formula yang beredar dimasyarakat menyebabkan masyarakat memilih memberikan susu formula pada bayi. Serta merasa tidak percaya diri untuk menyusui, ASI yang tidak keluar, ASI yang tidak mencukupi , kesibukan ibu menyusui, serta faktor sosial budaya yang terjadi di masyarakat sehingga bayi tidak mendapatkan ASI.
Semestinya dengan mengetahui manfaat ASI penggunaan susu formula bisa dihindari pada saat bayi dalam masa eksklusif. Serta dengan adanya Undang – Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan , hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif dapat terpenuhi. Semoga segera dapat ditindaklanjuti dengan adanya Peraturan Daerah di Kabupaten/Kota tentang ASI Eksklusif. (Ning)
Sumber : Gema Bersemi Edisi 5 Tahun 2011
sumber: http://pppakb.grobogan.go.id/