script type='text/javascript'> var thumbnail_mode = "float" ; summary_noimg = 275; summary_img = 275; img_thumb_height = 120; img_thumb_width = 120;

Selasa, 07 Oktober 2014

Mengatasi Anak Yang Sulit Bergaul

TabloidNakita.com- Ada anak yang bisa langsung berbaur dan bergaul dengan teman-temannya, termasuk teman yang baru dikenalnya. Meski begitu, tidak sedikit dari mereka yang diam, pasif, dan sulit bergaul.

Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, berikut beberapa caranya:


1. Mencarikan teman yang aktif untuk si sulit bergaul 
Di kelas para guru sering mengatur posisi tempat duduk anak. Anak yang pendiam duduk di antara anak yang banyak bicaranya. Atau pada saat main berdampingan atau kelompok, anak yang pendiam digabungkan dengan anak yang aktif agar bisa memotifasi anak yang pendiam.

2. Sering-sering mengajak anak pendiam bicara santai (ngobrol santai)
Di sela-sela waktu kita harus aktif mengajak anak bicara. Bicara tentang apa saja. Meskipun anak tidak menjawab, teruslah berusaha. Bertanya tentang kagiatan di rumah, tentang keluarga, makanan kesukaan dan sebagainya.
Mungkin awalnya cara ini tidak berhasil. Tapi kita harus melakukanya lagi dan lagi. Mencoba lagi dan lagi. Jika terlihat anak mulai mau tersenyum saat kita ajak bicara, maka itulah awal keberhasilan kita. Artinya anak itu mulai nyaman. Berhentilah berbicara sebelum anak bosan. Cobalah ajak bicara lagi di lain waktu mungkin dengan topik yang berbeda pula.

3. Selalu memberi motivasi
“Wah ternyata kamu bisa ya…..” , “boleh di coba lagi lho…..”. kalimat ini adalah salah satu  cara untuk memotifasi anak yang pendiam atau pasif dalam kegiatan di kelas agar mau melakukan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lakukan hal ini di setiap anak selesai melakukan tugas. Baik yang mudah sekalipun.
Teruslah memberikan motifasi dengan kata-kata dan kalimat positif lalu. Minta anak untuk mencoba lagi dan berikan pujian setelah anak menyelesaikan tugas yang kita berikan.

4. Memberikan hadiah
Tidak ada salahnya jika kita sesekali memberikan hadiah kepada anak setelah anak berhasil melakukan apa yang yang kita perintahkan. Hadiah yang kita tidak harus hadiah yang mahal. Sebuah kalimat pujian juga bisa memotifasi anak. 
Sebaiknya kita tidak menjanjikan hadiah kepada anak sebelum anak menyelesaikan tugas. Berikan hadiah setelah anak menyelesaikan tugas tanpa menjanjikan sebelumnya.

5. Orangtua boleh sering mengajak anak main di tempat umum atau rumah saudara
Mengajak anak bermain di tempat umum, seperti ke tamankota, berkunjung ke rumah saudara, tetangga atau teman sekolah, adalah salah satu cara  agar anak terbiasa dengan tempat baru, teman baru dan lingkungan baru yang pasti berbeda dengan lingkungan di rumah. Di tempat baru, anak akan banyak belajar. Belajar bagaimana berinteraksi dan beradaptasi dengan teman dan tempat baru. Jika anak sudah tebiasa dengan tempat dan teman baru mulai sejak kecil, maka akan menjadi anak yang lebih mudah beradaptasi di mana saja. Tidak butuh waktu yang lama untuk anak dalam mencari teman baru.

6. Sering mengajak anak melakukan kegiatan fisik
Melakukan kegiatan fisik bersama anak, selain bisa menstimulasi motoriknya, juga bisa membuat anak lebih percaya diri. Jika anak menjadi pendiam karena kurang percaya diri, cara ini bisa kita lakukan. kita bisa melakukan kegiatan fisik baik di rumah atau di tempat umum. Seperti di taman atau tempat umum lainnya. Beberapa kegiatan fisik yang bisa kita coba di antaranya yaitu, bermain sepeda, bermain bola, atau permainan lain yang membutuhkan tim untuk melakukannya. Yang pasti kegiatan tidak di lakukan hanya sendiri atau berdua saja, karena akan lebih baik jika dilakukan bersama-sama dengan teman sebaya, teman sekolah, saudara atau tetangga.

SUMBER; www.tabloid-nakita.com

Kenali Faktor Pemalu Pada Anak dan Cara Mengatasinya

Anak sulit berinteraksi dengan orang lain dan ia hanya bersembunyi dibalik bokong anda setiap kali dikenalkan di depan public, bisa jadi ini adalah tanda anak pemalu. Malu atau menjadi pemalu diusia tertentu, bukanlah bagian dari perkembangan. Bila anak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu, sifat tersebut lebih sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya.
Di usia tertentu termasuk usia balita anak akan belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Response yang dihasilkan oleh setiap anak juga berbeda-beda, ada anak yang mudah mencair dan akrab dengan situasi baru, ada juga anak yang membutuhkan waktu untuk mengamati lingkungan baru sebelum akhirnya ia bisa mencair dan akrab dengan lingkungan barunya.
Meski memang belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kalau anak pemalu mengalami kesulitan pelajaran atau gagal dalam pekerjaan. Namun menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang. Selain itu, rasa percaya diri juga ikut andil dalam membentuk pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk melakukan tindakan. Dengan begitu, hal tersebut akan memudahkan anak dalam bergaul, menunjukan potensi diri dengan rasa percaya diri yang akhirnya berujung pada keberhasilannya nanti.

Sifat dan sikap pemalu pada anak bisa dipicu oleh beberapa latar belakang, seperti :

1.    Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang dimana di abaikan oleh orang tuanya, atau dibesarkan pada keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang, sehingga mereka tak dapat menjalin dan mengalami hubungan social yang normal dengan masyarakat. Sehingga saat anak dikenalkan pada public, mereka akan cenderung lebih banyak diam dan ingin terus bersama anda.

2.    Pengalaman Buruk
Ketika anak mengalami banyak peristiwa yang menyebabkannya memiliki penilaian malu. Hal ini akan berpengaruh pada pola pikirnya yang berimbas pada perilakunya. Misalkan, saat ia tampil menyanyi di depan banyak orang dengan tatapan penonton yang hanya tertuju padanya, dengan begini anak akan beranggapan bahwa berdiri didepan orang banyak adalah hal yang memalukan sehingga ia akan berhenti melakukan hal tersebut karena perasaan malu yang dirasakannya.

3.    Anak Merasa Menjadi Sumber Perhatian
Anak pemalu terkadang kerap kali merasa dirinya diperhatikan banyak orang atau ia akan merasa malu bila dirinya menjadi bahan perbincangan banyak orang. Hal seperti inilah yang menyebabkan anak takut dan cemas untuk bertindak atau berpendapat karena khawatir apa yang dilakukannya salah dan menjadi bahan tertawaan orang-orang.

4.    Pola Asuh Awal Yang Keliru
Rasa malu pada anak kemugkinan bisa terjadi karena pola asuh awal yang keliru ketika anak masih bayi terutama di dua tahun usia pertamanya. Karena otak bayi di usia tersebut mengalami perkembangan yang amat pesat dan diusia ini adalah saat dimana bayi mulai mengembangkan pola mengasosiasikan sesuatu. Misalkan, kebiasaan anda yang akan langsung berlari dan menggendong bayi saat ia menangis. Bayi yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan menjadi bayi yang manja dan merasa dicintai. Perasaan seperti ini tentu saja baik untuk bayi, namun jika diberikan secara berlebihan seperti memperlakukan anak bak puteri raja yang selalu dilayani setiap saat tidak terlalu baik untuknya. Anak yang selalu dimanja, akan merasakan kehilangan dan kesepian seolah tak ada pegangan dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka berada jauh dari orang tuanya. Sementara anak yang bayi yang tidak selalu dimanja oleh orang tuanya, cenderung mampu mengatasi rasa kesendirian dan mampu menampilkan rasa percaya dirinya dengan baik.

5.    Tidak Diberikan Kesempatan Berinteraksi
Salah satu factor yang memicu anak menjadi pemalu bisa jadi dipicu karena ia tak punya teman sebaya sebagai teman bermainnya. Sehingga ia menjadi jarang melakukan interaksi dengan orang lain dan ketika ia bertemu dengan orang baru di lingkungan baru, mereka tidak tahu bagaimana cara berinteraksi atau memperkenalkan dirinya dengan orang lain karena tak pernah diajak keluar main, pergi ke taman atau tidak bersekolah. Anak yang tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak seusianya karena ruang geraknya hanya terbatas dengan keluarga di rumah akan membuat anak memiliki anggapan bahwa orang lain selain keluarganya adalah sebuah ancaman. Dan hal inilah yang membuatnya menarik diri dari keramaian dan tempat umum.
Berikut adalah beberapa factor pemicu yang bisa membuat anak menjadi pemalu. Namun jangan risau, sebagaimana dijelaskan diatas bahwa sifat pemalu pada anak bukanlah bagian dari perkembangan, melainkan sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya. Dengan kata lain, anda para orang tua masih bisa mengatasi sifat pemalu pada anak anda. Seperti apakah cara menghadapi dan mengatasi anak yang pemalu? Berikut ini poin-poin pentingnya.

Cara Mengatasi Anak Pemalu

1.    Biarkan Anak Bereksplorasi
Terapkan  pola asuh yang baik pada anak sejak ia masih bayi, dengan cara memberikan kesempatan untuknya untuk melakukan eksplorasi terhadap segala hal yang ia inginkan. Yang tentunya ada dalam pengawasan anda apabila si kecil melakukan aktivitas, eksplorasi atau hal lainnya yang beresiko membahayakan untuknya. Biarkan bayi anda tumbuh dan berkembang membangun citra dirinya.

2.    Jangan Memberikan Anak Sebuah Predikat
Saat anda mengenali sikap dan mengetahui bahwa anak memiliki sikap pemalu. Jangan sesekali memberikannya predikat dengan menyebutnya sebagai pemalu. Memberikan predikat pemalu pada anak bukanlah tindakan yang tepat, karena anak tak pernah berpikir bahwa dirinya itu pemalu. Bila ia sering dikatai sebagai pemalu, bukan tidak mungkin ia menjadi sadar dan lebih malu yang akhirnya berujung pada  psikologis anak yang memilih menarik diri dari lingkungannya. Ada baiknya saat anak kurang percaya diri berkembang dilingkungannya, berikan ia dorongan dan kepercayaan bahwa ia bisa melakukannya. Dengan begini anak akan lebih termotivasi untuk lebih berani.

3.    Bawa Serta Anak Saat Melakukan Kunjungan
Saat melakukan kunjungan seperti kunjungan ke tetangga, arisan atau pernikahan. Ada baiknya, jika anda mulai membawa serta si kecil. Dengan mengajak si kecil berkunjung ke tempat-tempat baru dan bertemu dengan orang-orang baru akan membuatnya terbiasa dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sehingga si kecil menjadi lebih berani dan percaya diri.

4.    Masukan Anak Ke Sekolah
Selain mampu mengasah kecerdasan social anak, memasukannya ke TK atau Taman Kanak-Kanak mampu menumbuhkan kepercaya dirian anak yang lebih tinggi. Karena dengan bersekolah anak akan menjumpai serta mengenal berbagai karakter orang dan mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar rumahnya. Dengan begini anak akan bermain sambil mengasah kemampuan diri dalam bersosialisasi dengan teman seusianya. 
 
5.    Dukungan Orang Tua
Dukungan serta dorongan orang tua adalah hal paling penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak. Saat anak belum berhasil melakukan sesuatu, jangan pernah mengucilkan atau menganggapnya lemah, hal ini hanya akan membuat anak tertekan dan semakin tidak percaya diri. Untuk itu, tetap berikan motivasi dan kepercayaan anda bahwa anak bisa melewati dan melakukannya.
Sifat pemalu atau minder yang dimiliki oleh seorang anak dapat membuat bakat dan potensi yang dimilikinya tidak ditunjukan dan digali secara keseluruhan. Orang lain juga tidak bisa melihat kemampuan anak secara penuh, jika anak tersebut menarik dirinya dari pergaulan dan kesempatan sukses yang mungkin bisa terlewatkan begitu saja. Namun dengan mengetahui beberapa tips mengatasi anak yang pemalu, anda bisa menerapkannya pada anak sehingga ia bisa lebih berani dan percaya diri menunjukan potensi yang dimilikinya.

SUMBER: bidanku.com

5 Kegiatan Yang Baik Untuk Balita Hiperaktif

Saat anak menginjak usia balita, dimana mereka baru bisa berjalan dan berlarian kesana-kemari. Mereka akan cenderung tak bisa diam dan menjadi hiperaktif, seolah anak-anak ini memiliki banyak energi dan tak pernah merasakan lelah. Kondisi ini amat sangat normal terjadi pada balita karena mereka baru saja menemukan kebahagiaan karena dapat berjalan dan ingin menjelajahi segala sesuatu.
Saat bayi anda berubah menjadi seorang anak yang bisa berjalan dan berlarian di sekitar, sebagai orang tua, anda dituntut untuk bisa tetap menjaga dan membuatnya terlindungi tanpa menghilangkan keceriaannya dalam bereksplorasi. Saat anak anda memasuki fase ini, ketelitian dan kesigapan anda dalam mengawasi balita dituntut untuk lebih extra. Namun mengarahkan keaktifannya pada sebuah kegiatan yang bermanfaat tentu akan bermanfaat banyak untuk stimulasi otak dan membantu anak untuk mengubah energi mereka menjadi kegiatan yang lebih produktif dan positif.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang baik untuk balita yang hiperaktif :

1.    Berolahraga
Untuk anak-anak yang hiperaktif, kegiatan fisik akan sangat bermanfaat, selainenerginya dapat tersalurkan, olahraga juga bisa dijadikan sebagai media untuk menstimulasi otaknya. Untuk itu, ajarkan anak untuk belajar satu olahraga seperti skating, sepakbola, bersepeda atau berenang. Pada umumnya, anak-anak akan menyukai olahraga berenang karena kegiatan ini dilakukan di dalam air yang akan membuat anak riang dan gembira. Namun tentunya, selalu pastikan jika anda memberikan peralatan keselamatan yang tepat untuknya.

2.    Bermain Diluar Ruangan
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa balita hiperaktif tidaklah bisa diam, biasanya mereka akan berjalan dan berlarian kesana kemari, menyentuh barang-barang yang akan membuat rumah menjadi berantakan. Untuk itu, tidak ada salahnya untuk sesekali mengajak mereka bermain di luar seperti taman bermain atau playground. Selain itu, kegiatan bermain di luar ruangan akan lebih baik untuk anak yang hiperaktif, dengan begini ekplorasi anak menjadi lebih luas. Namun tentunya, tetap dalam kondisi yang memungkinkan serta cuaca yang baik agar tidak beresiko sakit untuk anak-anak.

3.    Seni Kerajinan
Keluhan yang paling banyak disuarakan oleh para orang tua yang memiliki anak hiperaktif adalah sulitnya membuat balita hiperaktif untuk bisa duduk manis dan diam di suatu tempat. Untuk mengatasi hal ini, salah satu kegiatan yang akan membuat anak tertarik untuk bisa duduk dengan manis adalah lewat seni kerajinan. Banyak seni yang bisa dikenalkan pada balita termasuk bermain drum atau kegiatan membuat kerajinan origami yang akan membuat anak lebih tertarik dengan kreasi dari kertas warna. Seni kerajinan adalah salah satu kegiatan paling baik untuk anak-anak yang hiperaktif karena hal ini juga mampu meningkatkan kecerdasan otaknya.

4.    Kelas Menari
Belajar menari bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk anak balita. Bukan hanya terbatas anak perempuan saja yang bisa mengikuti kelas tari, anak laki-laki juga bisa diikut sertakan pada kelas tari khusus laki-laki atau kelas campuran. Untuk itu, jika anda sering melihat si kecil menari-nari atau menyukai tarian. Kelas menari bisa menjadi media yang baik untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya. Menari akan meningkatkan postur dan fleksibilitas tubuh anak. Selain itu kegiatan ini juga membantu kalori dalam tubuh mereka terbakar dengan cepat dan dapat membuat mereka tidur lebih cepat.

5.    Latihan Fisik
Anak-anak yang hiperaktif cenderung memiliki energi yang lebih besar dibandingkan anak-anak lainnya. Untuk menyalurkan energinya kea ah yang lebih baik latihan fisik adalah cara yang baik. Hampir semua kelompok bermain saat ini memiliki latihan fisik yang terstruktur dengan baik. Untuk itu, tidak ada salahnya masukan anak ke kelompok bermain. Ketika anak-anak berada dalam sebuah kelompok, mereka akan cenderung lebih mudah untuk menuruti perintah. Selain itu, energi anak akan tersalurkan pada arah yang lebih baik, melalui kelompok bermain, kegiatan ini juga dapat mengajarkan keterampilan bersosialisasi dengan rekan-rekan seusianya dan bermain secara berkelompok.
Berikut adalah beberapa kegiatan untuk anak-anak hiperaktif. Mugkin masih banyak lagi cara-cara yang bisa dilakukan untuk balita hiperaktif yang dapat anda aplikasikan. Memasukan anak ke sekolah playgroup juga dapat dilakukan untuk mengarahkan energinya kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya potensi yang dimiliki oleh anak hiperaktif sama potensialnya dengan anak-anak lain, hanya saja menghadapi anak hiperaktif akan sedikit lebih sulit dibandingkan dengan anak lainnya. Namun jumlah tingkat aktibitas yang baik bisa menandakan bahwa anak anda sehat.